Jurnalmetropol.com, Jakarta – Perjanjian Kerja Sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Asosiasi Pengusaha Pribumi Nusantara Indonesia (ASPRINDO) terkait pengembangan sektor perikanan di wilayah Kalimantan Timur, diharapkan memberikan proyeksi baru dalam pertumbuhan ekosistem perikanan Indonesia.
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk KKP, Budi Sulistiyo menyampaikan kerja sama antara KKP dengan ASPRINDO ini menjadi kesempatan bagi kita semua untuk mengembangkan kolaborasi strategis.
“ASPRINDO punya konsentrasi, para anggota pengusaha daerahnya untuk membangun daerahnya. Jadi kami sangat menyambut baik rencana untuk memetakan dan mengembangkan potensi yang ada di Tanah Grogot, Kabupaten Paser,”kata Dirjen Budi usai acara penandatangakan Perjanjian Kerja Sama di Gedung Mina Bahari III KKP Jakarta, pada Kamis (6/3/2025).
Budi juga menyebutkan Ditjen PDSP awalnya akan menjustifikasi mekanisme pengembangan perusahaan perikanan di area tersebut.
“Nanti Ketum ASPRINDO dan para anggotanya akan melihat investasi apa saja yang bisa dimasukkan kesana, sehingga perekonomian daerah bisa bertumbuh,”ungkapnya.
Dirjen Budi meyakini bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat lokal akan mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi daerah, seperti yang dicanangkan oleh pemerintah, dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di angka 8 persen.
“Pembangunan akan cepat, merata, dan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya,”ungkapnya lagi.
Ia menyatakan keyakinannya, dari hasil pembicaraan dengan pihak ASPRINDO, hasil dari kolaborasi ini sudah akan bisa terlihat dalam waktu cepat. “Implementasinya akan bisa terlihat di tahun ini,”tandasnya.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum ASPRINDO, Jose Rizal menyatakan harapannya, agar semua pembahasan yang sudah dilakukan hingga penandatangan kerja sama, bisa diwujudkan dalam waktu dekat.
“Salah satu yang direncanakan adalah membangun cold storage, untuk udang windu. Hal ini akan menjadi bagian dalam upaya memperlancar proses pemasaran udang windu, yang merupakan salah satu hasil dari daerah tersebut,”kata Jose dalam kesempatan yang sama.
Jose mengungkapkan, ketiadaan cold storage ini menyebabkan proses pengolahan harus dilakukan di tempat lain, yang membutuhkan waktu lagi untuk ditempuh.
“Jadi kalau ada storage, semuanya bisa dilakukan di area yang sama. Lalu udang windu yang sudah dibekukan ini, siap dipasarkan ke mana saja. Kualitas udang tetap terjaga dan kita bisa memperluas market,”ujarnya.
Selain itu, ia menyebutkan ASPRINDO juga mempersiapkan program pelatihan bagi pelaku usaha tambak udang untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi pengolahan udang.
“Sehingga masyarakat lokal bisa lebih menjaga standar produk udang mereka dan bisa juga mengembangkan nilai tambah dari produk mereka. Tujuannya tentunya agar perekonomian masyarakat lokal bisa meningkat, kualitas produk terjaga, dan membangun usaha tambak yang berkelanjutan,”jelas Jose, diakhir kesempatan tersebut. (red)