Jurnalmetropol.com, Mojokerto – Museum Gubug Wayang Group mencakup tiga museum besar di Indonesia, yaitu Museum Gubug Wayang di Mojokerto, Museum Ganesya di Malang, dan Museum Srimulat di Batu.
Kombes Pol Tri Suhartanto, Kepala Siaga A Mabes Polri sekaligus Penasihat Museum Gubug Wayang, menjelaskan bahwa Museum Gubug Wayang Group juga mengelola “Temporary Museum,” sebuah program edukasi unik yang memperkenalkan artefak budaya ke masyarakat melalui pameran di sekolah, universitas, dan kantor pemerintah daerah.
Menurutnya hal ini selaras dengan tugas Polri dalam mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang ke 8 (delapan) yaitu memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam dan budaya serta peningkatan toleransi antar umat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Museum Gubug Wayang Group terdapat salah satu museum yang menjadi sorotan adalah Museum Ganesya di Malang, berlokasi di dalam Kompleks Hawai Waterpark di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Hawai Waterpark sendiri merupakan taman rekreasi seluas lima hektar dengan berbagai wahana air dan kering yang menarik bagi keluarga.
Di antara gemerlap wahana ini, berdirilah Museum Ganesya sebagai oasis edukasi budaya di lantai dua dan tiga gedung utama kompleks.
Museum Ganesya terdiri dari 2 lantai yakni lantai 2 dan 3 di gedung sebagai sebuah lembaga edukasi.
Adanya Museum Ganesya tersebut di dalam gedung ini ditandai dengan Gong Raksasa yang terdapat di depan gedung, di sebelah kanan pintu masuk utama.
Gong berdiameter 3,5 meter dengan berat sekitar 0,5 ton dan terbuat dari pelat besi ini berasal dari Mojokerto, dan dipasang di sini pada sekitar bulan September 2019, beberapa waktu setelah berdirinya Museum Ganesya.
Museum Ganesya menjadi bukti dedikasi dalam pelestarian budaya Indonesia. Nama “Ganesya” adalah singkatan dari “Gelar Indonesia Budaya,” menandakan tujuan museum ini untuk memamerkan artefak bersejarah, khususnya dari era Kerajaan Singhasari, Majapahit, hingga masa kemerdekaan Indonesia.
Peresmian museum ini dilakukan pada 12 Juli 2019 oleh Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P, dan sejak itu Museum Ganesya telah menjadi destinasi wisata edukasi bagi masyarakat.
Di lantai dua, pengunjung dapat melihat berbagai peninggalan sejarah yang mengisahkan kekayaan budaya Nusantara.
Salah satunya adalah koleksi keramik dari Dinasti Song (960–1279 M) yang digunakan dalam perdagangan antara Tiongkok dan kerajaan-kerajaan Jawa.
Museum ini juga menampilkan Fragmen Celadon, keramik berkualitas tinggi dari Tiongkok yang pernah menjadi barang dagangan utama di kawasan Nusantara.
Pengunjung juga bisa melihat Uang Gobog yang berasal dari zaman Singhasari dan Majapahit.
Terbuat dari perunggu dengan nilai nominal beragam, mata uang kuno ini menjadi pengingat masa lalu kejayaan perdagangan di Nusantara.
Selain itu, Museum Ganesya juga menampilkan berbagai koleksi manik-manik prasejarah dan perhiasan berharga lainnya, memperlihatkan status sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat zaman dulu.
Di ruang kaca lainnya, terdapat koleksi terakota dari era Majapahit. Tak hanya berfungsi sebagai benda utilitarian, seperti pasu, gentong air, dan celengan, terakota juga sering dijadikan barang-barang dekoratif dan ritual, termasuk miniatur candi dan peralatan upacara.
Terakota memang memiliki tempat istimewa di era Majapahit, sehingga para ahli sejarah bahkan menyebut Majapahit sebagai “Imperium Terakota.”
Yang terakhir di lantai kedua ini adalah koleksi mainan anak-anak. Banyak ahli pendidikan berpendapat bahwa “bermain adalah hal yang amat diperlukan oleh anak-anak untuk menunjang perkembangan jiwanya”.
August Frobel, Maria Montessori, Rabindranath Tagore, hingga Ki Hajar Dewantoro senantiasa menekankan hal tersebut dalam lembaga-lembaga pendidikan yang mereka dirikan.
Dan tak boleh dilupakan, sebagai “pencinta anak-anak”, Pak Raden pernah berkata: “Sebuah bangsa akan menjadi bangsa yang bahagia, jika anak-anaknya bahagia”.
Agaknya “suatu Happy Nation dimulai dari keadaan anak-anak”. Namun selain itu, masyarakat pun – sadar atau tidak – memiliki keinginan agar anak-anak mereka mendapatkan hiburan dari bermain.
Tidak heran kita jika dari zaman ke zaman banyak alat permainan yang diciptakan oleh masyarakat, sesuai dengan kemampuan dan teknologi yang ada, mulai dari yang amat sederhana, hingga yang rumit.
Naik ke lantai tiga, Museum Ganesya memamerkan kekayaan budaya wayang dan topeng. Koleksi wayang di museum ini bervariasi, mulai dari wayang kulit, wayang golek, hingga wayang orang, dengan kisah-kisah yang tak hanya berasal dari Ramayana atau Mahabharata, tapi juga legenda-legenda lokal seperti Walisongo.
Di sini, pengunjung dapat menyaksikan beragam bentuk topeng dari berbagai daerah, termasuk Topeng Malangan dan Topeng Cirebon, yang mencerminkan karakter tokoh-tokoh pewayangan yang beraneka ragam.
Kemudian Kombes Pol Tri Suhartanto melanjutkan, Masing-masing topeng mewakili tokoh tertentu, lengkap dengan wataknya.
Ada berjenis-jenis topeng di Museum Ganesya, Topeng Mahabharata, Topeng Ramayana, Topeng Majapahit, Topeng Cirebonan, Topeng Setan, dan sebagainya.
Topeng Malangan pertama kali muncul pada abad ke-8 di Kerajaan Kanjuruhan,
a. Diciptakan oleh Raja Gajayana, raja Kanjuruhan, digunakan sebagai bagian dari upacara adat yang disuguhkan kepada para leluhur;
b. Digunakan untuk upacara adat dengan mementaskan drama tari berdasarkan kisah Ramayana, Mahabharata, dan Panji;
c. Digunakan untuk menyambut tamu kehormatan.
Topeng Malangan memiliki makna kehidupan dan watak manusia yang terkadang bahagia, sedih, tertawa, malu, dan sebagainya.
Makna ini bisa dilihat dengan jelas dari banyaknya karakter topeng yang disediakan dalam kesenian ini.
Pada abad-abad selanjutnya, Topeng Malangan kemudian menyebar ke Jawa Tengah, dan kemudian ke Cirebon pada abad ke 16. Dari sinilah muncul Topeng Cirebon yang biasa digunakan untuk menari yang disebut Tari Topeng.
Sang seniman menarikan tokoh dengan watak yang ada pada topeng tadi, bisa seorang penari saja atau satu rombongan. Tari topeng Cirebon berkembang ke beberapa daerah lain di Jawa Barat seperti Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari dan Brebes.Semua pementasan tari topeng hanya untuk hiduran.
Yang disebutkan tadi hanyalah sedikit dari koleksi Museum Ganesya Malang. Museum Ganesya Malang memiliki banyak koleksi lain, yaitu :
1. Ragam Batu Permata 100 Karat
2. Ragam Keramik Singosari
3. Ragam Terakota Buddha
4. Ragam Manik manik Majapahit
5. Ragam Gong Perunggu Singosari
6. Wahana Emas dan Keris Majapahit dan Singosari
7. Ragam Perunggu Singosari
8. Wayang Golek Presiden
9. Artefak Terakota Tokoh Gajah Mada
10. Ragam Terakota Majapahit
11. Ragam Celengan Majapahit
12. Si unyil di Area Dolanan Bocah
13. Ragam Mainan Anak Jadul Indonesia
14. Batu Bertulis
15. Berbagai Macam Wayang Punokawan.
16. Topeng Cirebon
17. Wayang Kulit Cerita Timun Mas
18. Koleksi Berbagai Macam Kepanduan Indonesia
19. Topeng Malangan Cerita Ramayana Mahabharata 20. Ragam Topeng Punokawan
21. Topeng Tokoh Madura
22. Wayang Ande-Ande Lumut .
23. Ragam Topeng Demit.
24. Ragam Topeng Panji Malangan
25. Reog Ponorogo
26. Wayang Gedog
27. Jathilan
28. Topeng Majapahit
29. Wayang Golek Beskalan
30. Wayang Klitik
31. Wayang Krucil
32. Wayang Golek Cepak
33. Wayang Klitik Kulit.
34. Wayang Thengul.
35. Wayang Orang Anh In Ho
36. Wayang Beber
37. Ragam Cangik
38. Topeng menak
39. Ragam Wayang Potehi
40. Wayang Golek Wali Songo
41. Lamsijan
Kombes Pol Tri Suhartanto menjelaskan selain itu kami memiliki museum swasta diantaranya Museum Gubug Wayang Mojokerto, Museum Ganesya Malang, Museum Srimulat Batu, Museum Pawitra UTC Trawas, Museum Perpustakaan Ubaya Surabaya, Museum Universitas Ciputra, Museum Rumah Dinas Walikota Mojokerto, Museum Kantor Walikota Mojokerto, Sanggar Gamelan Binus School Semarang, Pameran Penny Farthing Binus Aso Alam Sutera dan Museum SMPN 4 Mojokerto Kota.
Berbagai macam karya kebudyaan yang melengkapi semua artefak di Museum Ganesya.
“Sobat Budaya, dengan keberadaan Museum Ganesya terdapat berbagai harapan untuk kita dapat bersatu membangun bangsa ini,”tambah Tri Suhartanto.
Kita jadikan perbedaan untuk mempererat persatuan menyongsong PILKADA SERENTAK 2024 !
Salam Budaya Mempersatukan Bangsa
Museum Ganesya Malang menawarkan pengalaman unik yang mengedukasi pengunjung tentang kekayaan sejarah dan seni budaya Indonesia.
Sebagai bagian dari Museum Gubug Wayang Group, Museum Ganesya diharapkan terus berperan dalam memupuk rasa cinta dan kebanggaan masyarakat terhadap warisan budaya bangsa. *(Sumber/red)