Satgas Yonmek 741 Inisiasi Budi Daya Garam Beromzet Ratusan Juta di Miomafo
Pena7.com – Budi daya garam dengan memanfaatkan daging kelapa yang diinisiasi Satgas Pamtas Yonmek 741/GN bersama warga Bijaepasu (Remi Sunik, 54) bisa membuka peluang usaha bagi warga dengan omzet Rp. 168 Juta per bulan.
Hal tersebut disampaikan Dansatgas Yonif 741/GN, Mayor Inf Hendra Saputra,S.Sos., M.M., M.I.Pol., dalam rilis tertulisnya di Timur Tengah Utara (TTU), NTT, Jumat (17/5/2019).
Diungkapkan Dansatgas, saat ini NTT merupakan salah satu produsen untuk membantu kebutuhan garam masyarakat, namun karena kurangnya pengetahuan tentang pengolahannya maka warga Bijaepasu, Kecamatan Miomafo Tengah hanya membudidayakannya hanya dalam bentuk garam mentah.
“Selama ini warga menjual garam mentah tanpa ada pengolahan, sehingga nilai jualnya pun rendah, dibawah harga rata-rata yang ditetapkan pemerintah,”ujarnya.
“Melihat keadaan itu, saat melaksanakan anjangsana, dua orang anggota Satgas yaitu Serda Sapto Nugroho dan Pratu Hendri Oktafiantoro tergerak membantu Bapak Remi Sunik untuk meningkatkan kualitas garamnya, agar memiliki nilai jual yang tinggi,”tambah Hendra.
Dikatakan Hendra, saat ini harga garam mentah non yodium Rp 40.000,- per karung dan harga garam yang diolah dengan mencampur kelapa dalam larutan garam bisa menjadi garam berkualitas bagus itu bisa mencapai harga Rp. 120.000 per karung.
“Pembuatannya sangat sederhana, satu karung garam mentah sekitar 50 kg dicampur dengan 10 ember air biasa atau dicampur air hingga rasanya menjadi hambar. Kemudian daging dari 2 biji kelapa dipotong kecil kecil dicampur dengan larutan air dan garam dimasak sampai dengan mengkristal,”jelas Hendra.
“Dari hasil praktek bersama Pak Remi, itu menghasilkan sekitar 350 kg atau 7 karung garam dengan kualitas yang lebih bagus yaitu bersih dan putih. Ini sangat prospektif, karena disini masih banyak kelapa yang kadang kurang dimanfaatkan,” imbuh Hendra
Dengan pola itu, menurut Hendra, 50 kg garam mentah (senilai Rp 200 ribu) bisa menghasilkan garam kualitas bagus senilai Rp 840 ribu dalam satu minggu.
“Nilai sebesar itu cukup tinggi bagi warga disini. Jika kemudian kedepannya bisa melibatkan 50 KK (Kepala Keluarga) untuk membuka usaha yang sama, maka dalam satu minggu, warga bisa menghasilkan 17, 5 Ton atau 70 Ton garam dalam satu bulan,” tegas Hendra optimis.
“Jadi potensi usaha warga bisa mencapai omset Rp. 168 Juta. Angka yang besar dan bisa menggerakkan ekonomi warga di sini,”imbuhnya.
Berdasarkan peluang tersebut, Hendra pun akan berupaya membantu dan mengajak warga membuka usaha skala rumah dan dikembangkan sebagai usaha berbasis komunitas.
“Ini yang mungkin akan kita bicarakan dengan Dandim ataupun Pemda, untuk memberikan stimulus usaha, baik pemodalan maupun saat penampungan nantinya, termasuk bagaimana mengajak warga untuk membudidayakan kelapa serta mencari teknologi terapan sebagai sumber bahan bakar pengganti kayu” ujar Hendra.
Sementara itu, Remi Sunik, mengucapkan terima kasih kepada Satgas telah diberikan pengetahuan cara mengolah garam dan saat ini memilik nilai jual yang lebih daripada sebelumnya.
“Betul, kini konsumen kami makin bertambah karena kualitas garam jauh lebih meningkat, jika sebelumnya kami menjualnya hanya garam mentah, kini berkat bimbingan Bapak-Bapak TNI, garam kami sudah laku di pasaran,”tuturnya.
“Dengan adanya perubahan ini, semoga warga yang lain nanti bisa mengikutinya karena menguntungkan,”pungkasnya. (Dispenad)