September 7, 2024

Reinkarnasi Perdebatan Film Natal, dengan Para Ulama dan Pendeta

Pena7.com, Jakarta – Seringkali kita dihadapkan pada situasi sulit ketika memasuki momen Natal. Ketika kita tidak mengucapkan Selamat Natal kepada saudara kita non muslim maka akan langsung mendapat label intoleransi.

Situasi sulit ini biasanya dihadapi oleh pejabat pemerintah, para profesional di perusahaan asing dan pekerja seni/ entertainment, seperti saya yang harus masuk pada berbagai kelompok dan aliran kepercayaan.

Memahami pembahasan konseptual, saat bedah Naskah Film KADO NATAL UNTUK MARCEL dengan para ulama dan Pendeta. Secara jelas tertulis dari berbagai sumber para tokoh Islam menyebutkan, bahwa Islam mengajak kepada umatnya untuk selalu menjalin kehidupan yang harmonis antara sesama umat manusia.

Karena Agama Islam merupakan agama yang penuh toleransi bukan hanya dalam ajaran secara tekstual tetapi juga telah menjadi karakter seluruh umat Islam.

Ada dalil yang membolehkan ucapan Selamat Natal, meski tidak sharîh. Dalam QS. Maryam (QS 19: 33), Al-Qur’an merekam ucapan Selamat Natal bagi kelahiran Nabi Isa :

وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

“Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari ketika aku dibangkitkan hidup kembali.”

Ini adalah ucapan Nabi Isa yang menyambut Natal bagi kelahirannya sendiri. Al-Qur’an juga menyampaikan salam sejahtera kepada Nuh (QS. 37: 79), Ibrahim (QS. 37: 109), Musa dan Harun (QS. 37: 120), dan juga kepada Yahya (QS. 19: 15).

Dalam Islam, para Nabi dan utusan dihormati tanpa diskriminasi (QS. al-Baqarah/2: 285).  Bahkan Nabi Muhammad mengingatkan bahwa para Nabi dan Rasul mengemban misi yang sama. Mereka saudara seayah, tetapi berbeda-beda ibu.

الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلَّاتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ
شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ (متفق عليه)

Nabi bahkan merayakan hari keselamatan Musa dengan berpuasa Asyura. Nabi juga sangat menghormati Nabi Isa atau Yesus. Dalam hadis sahih riwayat Bukhari-Muslim, Nabi menyebut kelak menjelang kiamat, Yesus akan turun ke dunia sebagai hakim yang adil bagi semua orang. Dia akan menegakkan keadilan,memurnikan akidah, menumpas kebatilan, dan mendistribusikan kesejahteraan.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : والذي نفسي بيده ليوشكن أن ينزل فيكم ابن مريم حكما عدلا فيكسر الصليب ، ويقتل الخنزير ، ويضع الجزية ، ويفيض المال حتى لا يقبله أحد ، حتى تكون السجدة خيرا من الدنيا وما فيها (متفق عليه)

Muncul pertanyaan apakah dalil ini bisa dipegangi untuk membolehkan ucapan Selamat Natal karena konstruksi Kristiani terhadap Nabi Isa berbeda dengan konstruksi Qur’an?

Saya berpendapat bisa saja kita mengucapkan sesuatu dengan pengertian yang berbeda dengan persepsi orang lain. Dalam Al-Qur’an, misalnya, Nabi Ibrahim menyampaikan jawaban yang dipahami berbeda oleh kaumnya. Pada ucapan (QS. al-Anbiya/21: 63):

بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِن كَانُوا يَنطِقُونَ

Nabi Ibrahim tidak berbohong dan menyangkal bahwa dialah yang menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya. Beliau sekadar menunjuk: berhala ini yang paling besar (كَبِيرُهُمْ هَٰذَا).

Tetapi kaumnya memahami lain bahwa berhala paling besar itulah pelakunya. Ketika orang Islam mengucapkan Selamat Natal, tidak berarti mengakui ketuhanan Yesus karena Isa, dalam keyakinan Muslim, adalah Nabi dan utusan.

Ucapan Selamat Natal bagi Muslim adalah ekspresi kebahagiaan terhadap lahirnya Nabi dan utusan, yang kelak oleh Nabi Muhammad sendiri disebut sebagai juru penegak keadilan di akhir zaman.

Soal orang Nasrani mengimani ketuhanan Yesus, itu urusan mereka. Soal tanggal pasti kelahiran Yesus, itu juga urusan mereka. Toh orang Islam merayakan maulid Nabi juga tidak harus di tanggal 12 Rabiul Awwal. Di sinilah makna: لكم دينُكم ولي دين (Bagimu agamamu, bagiku agamaku).

Untuk itu Saya memilih pendapat ini tetapi menghormati mereka yang enggan mengucapkan Selamat Natal dengan dalil-dalil umum tentang teologi Nasrani, larangan tasyabbuh, dan larangan mengakui kebatilan. Pendapat semacam banyak dikutip ulama “Mazhab Saudi” dan pengikutnya, termasuk di Indonesia, dengan merujuk kepada pandangan Ibnu Taymiyah.

Silakan saja mengikuti pendapat itu tanpa perlu merasa paling benar dan menyatakan selain pendapatnya salah dan sesat. Apalagi ditambah dengan jargon-jargon deislamisasi dan kristenisasi. Lebay!

Bertahun-bertahun orang Islam mengucapkan Selamat Natal kepada tetangga, kerabat, dan sejawatnya, tidak masalah. Mereka tetap Muslim. Akidah mereka tidak meleset. Mereka tetap tidak mengakui ketuhanan Yesus dan menyebut Isa sebagai Nabi dan utusan.

Karena itu, sebagai penutup, saya ingin mengucapkan “Selamat Natal Tahun 2019 bagi umat Kristiani yang merayakannya.

”Semoga kedamaian dan kesejahteraan meliputi bangsa dan negara tercinta: Indonesia” dan Film ini telah mendapat ijin dari berbagai kalangan kaum intelektual muslim dan Nasrani.

Notulensi Konseptual
Sutradara Roy Wijaya

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *