Patuhi Protokol Satgas Covid-19
Jurnalmetropol.com – Belajar dari negara negara yang “Kalah” melawan wabah Covid 19. Italia adalah deretan negara maju di Eropa, hampir semua sarana dan fasilitas mereka miliki.
Bicara sanitasi lingkungan, Italia merupakan negara terbersih dengan penataan lingkungan yang baik fasilitas kesehatan termasuk Dokter dan tenaga medis lainnya. Karena Italia salah satu negara rujukan dunia pada masalah kesehatan.
Namun ketika wabah Covid-19 menyerang dibuat tidak berdaya, mayat bergelimpangan bahkan dokter dan tenaga medis terpaksa harus memilih siapa pasien yg diprioritaskan untuk ditangani dan mana yang dibiarkan saja sampai kematian menjemput.
Negara kedua adalah Amerika Serikat, negara adikuasa inipun tidak berdaya menghadapi Covid-19, korban berjatuhan yang tercatat saat ini ratusan ribu orang.
Equador setali tiga uang, mayat bergelimpangan di jalan jalan korban Covid 19. Mengapa demikian, Ternyata kesemuanya karena prilaku manusianya. Italia sebagaimana diberitakan prilaku masyarakatnya yang menganggap remeh wabah Covid-19.
Lain halnya dengan Amerika Serikat lebih kepada sikap Presiden Trump yg tidak menganggap serius Wabah ini.
Saudaraku, bagaimana dengan kita di Buol, sejak merebaknya wabah ini, selaku Pimpinan daerah saya tekun mengikuti perkembangan dengan menghubungi kolega saya baik yang ada diinstitusi perguruan tinggi dan pusat pusat penelitian Biomolekuler seperti Lembaga Eijman. Dari sana saya mendapat gambaran tentang virus Covid-19. Itulah sebabnya langkah antisipasi segera disiapkan.
Saudara saudara saya yang sedianya saya juga akan ikut bersama ke Ijtima di Goa saya mohon dengan sangat untuk membatalkan niatnya berangkat,.
Selanjutnya saya mendata semua yang berangkat dan memohon dengan sangat agar sekembalinya bersedia di karantina selama 14 hari.
Malam itu saya terjun langsung memimpin teman teman untuk mencari tempat yang layak untuk karantina. Dibeberapa tempat mendapat penolakan warga masyarakat akhirnya pilihannya jatuh di Rusunawa.
Saya belajar Ilmu Kedokteran 12 Tahun, hingga saya tahu persis apa yang harus dilakukan untuk melindungi masyarakat saya. Namun sayang resistensi dan penolakan muncul dari berbagai pihak bahkan sampai hendak menyeret saya ke pengadilan karena melanggar hukum dan HAM.
Semula segala tekanan tersebut saya tidak peduli sampai kemudian Bapak Gubernur meminta saya untuk mengeluarkan saudara saudara kita yang sedang di karantina karena laporan berbagai pihak ke Beliau.
Sedih bahkan sampai meneteskan air mata terpaksa dikeluarkan teman teman dari tempat karantina, kenapa, karena saya sudah bisa memprediksi apa yang akan terjadi.
Meskipun demikian saya masih antisipasi dengan surat pernyataan bahwa mereka mau melakukan karantina mandiri, yang ternyata juga sebagian besar tidak mengindahkannya.
Saudaraku, sekarang wabah Covid-19 telah menyebar di daerah kita. Saat saya menulis ini sudah terkomfirmasi 29 positif Covid-19, ada ketambahan 10 orang hari ini.
Saudaraku dengan segala keterbatasan yang ada, saya mencoba memimpin teman teman bekerja siang malam untuk melawan wabah ini, mereka yang ada di rumah sakit, puskesmas maupun dilapangan.
Mohon masyarakat ikut membantu, jangan patahkan semangat para petugas kami dengan isu isu yang mengarah ke fitnah. Kita sedang menghadapi tragedi kemanusiaan yang maha hebat.
Demi Allah saya bersumpah, apa yang kami lakukan ini semata untuk melindungi masyarakat, tidak ada sedikitpun niat untuk memojokkan sekelompok orang apalagi ingin mengambil *KEUNTUNGAN MATERIAL dengan MEMANIPULASI DATA.
Terlalu mahal nyawa manusia untuk ditukar dengan sejumlah uang. Isu dan fitnah yang dilontarkan ini sangat keji dan tidak berprikemanusiaan.
Saya khawatir jika ini terus dilakukan bisa mengendorkan semangat teman teman petugas yang sudah mempertaruhkan segalanya termasuk kemungkinan tertular demi melindungi kita semua. Kalau ini sampai terjadi maka pertahanan kita akan bobol, kita akan “Kalah”. Maka yang bisa kita siapkan hanya kantong jenazah dan kuburan massal. Kita berdoa pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa dijauhkan dari hal tersebut. Aamiin.
Oleh : H. Amirudin Rauf (Bupati Buol)