Jurnalmetropol.com, Jakarta Utara — Keberhasilan Pelabuhan Tanjung Priok menduduki peringkat ke-23 dari ratusan pelabuhan utama di dunia memberikan gambaran efisiensi operasional pelabuhan, serta faktor-faktor yang menpengaruhi kelancaran alur logistik global.
Indeks yang dirilis Bank Dunia ini dihasilkan berdasarkan sejumlah kriteria dan indikator yang relevan dengan pengelolaan dan operasional pelabuhan seperti kecepatan bongkar muat (Berth Productivity), waktu tunggu kapal (Ship Turnaround Time), efisiensi proses administrasi (Port and Customs Clearance Efficiency), kapasitas dan infrastruktur pelabuhan, dwelling time, konektivitas sarana transportasi, keamanan serta kualitas layanan pelabuhan lainnya.
Ketua Forum Wartawan Maritim Indonesia (Forwami), Hoddy Sitanggang, mengatakan, keberhasilan tersebut patut mendapatkan apresiasi. Hal itu menunjukkan bukti kolaborasi yang dibangun para pemangku kepentingan di Pelabuhan berdampak positif terhadap peningkatan layanan di Pelabuhan Tanjung Priok.
“Pencapaian itulah yang mendorong Forwami menggelar Focus Group Discussion mengenai kolaborasi dari para pemangku kepentingan (stakeholders) di Pelabuhan Tanjung Priok,”ucapnya saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan FGD yang berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (10/12/24).
Acara yang dipandu Direktur Namarin, Siswanto Rusdi, tersebut menghadirkan sejumlah narasumber antara lain Executive General Manager (EGM) Pelindo Regional 2 Pelabuhan Tanjung Priok Adi Sugiri, Ketua DPW Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) DKI Jakarta Capt. Suwondo, Ketua Klub Logindo Mustajab Susilo Basuki, Sekretaris Eksekutif DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Budi Wiyono, serta Bendahara DPC INSA Jaya Sunarno HS.
Selain itu, hadir pula tokoh pelabuhan Tanjung Priok, H Sabri Saiman, Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok Indra Hidayat Sani, Direktur SDM PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) Wing Megantoro, serta sejumlah Corporate Secretary anak-anak perusahaan Pelindo di lingkungan Pelabuhan Tanjung Priok.
Bertindak sebagai “Keynote Speaker” diskusi yaitu KSOP Pelabuhan Tanjung Priok yang disampaikan Kabid Lalu Lintas, Angkutan Laut dan Kepelabuhan Wim P. Hutajulu.
Dalam paparannya, EGM Pelindo Regional 2 Pelabuhan Tanjung Priok, mengatakan, sebagai pelabuhan utama yang menangani sebagian besar arus bongkar muat di Indonesia, kolaborasi antar pemangku kepentingan (stakeholders) merupakan keniscayaan.
Sebagai penyedia jasa kepelabuhanan, Pelindo Regional 2 Pelabuhan Tanjung Priok terus berupaya meningkatkan pelayanan seiring dengan makin meningkatnya arus barang tersebut yang membutuhkan peningkatan kapasitas maupun solusi kepadatan traffic di dalam pelabuhan.
Apalagi layanan Pelabuhan Tanjung Priok tak hanya untuk kapal-kapal niaga, termasuk juga kapal-kapal tamu negara dan kapal perang.
Adi mencontohkan, revitalisasi Terminal JICT 2 yang diharapkan bisa meningkatkan troughput petikemas hingga 500.000 TEUs.
Selain itu pembuatan jalan tembus dari Ingom ke Pelabuhan Tanjung Priok sehingga nantinya truck tidak lagi melalui jalan RE Martadinata. Di samping itu, pembangunan NPCT 2 sebagai konsekuensi dari terlampauinya kapasitas terpasang NPCT 1.
Dari sisi soft infrastructure, Pelindo Regional 2 Pelabuhan Tanjung Priok juga terus mengembangkan program digitalisasi layanan kepada para pengguna jasa.
Ketua DPW APBMI DKI Jakarta, Capt. Suwondo, mengatakan sebagai mitra pengelola pelabuhan pihaknya berpedoman pada landasan hukum baik UU Pelayaran maupun Peraturan Pemerintah tentang layanan jasa bongkar muat sebagaimana diatur dalam PP 61, PP 31/2021 serta PM 69.
“Peraturan-peraturan tersebut terutama pada Pasal 10 PP 31/2021 memuat pesan kolaborasi perusahaan bongkar muat dengan pengelola pelabuhan maupun asosasi lainnya,”ujarnya.
Kolaborasi tersebut menjadi bekal untuk mewujudkan pelayanan pelabuhan berstandar internasional yang mengacu pada efisiensi, aman, ramah lingkungan, serta moderen
“Mengingat arus bongkar muat yang terus meningkat, harapan kami tentunya pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan serta layanan semisal kapal pandu yang tepat waktu, tanpa perlu antri berlama-lama,”ujarnya.
Pendapat senada juga diungkapkan Sekretaris Eksekutif DPW ALFI DKI Jakarta, Budi Wiyono. Menurutnya, harapan pengguna jasa hanya berkisar pada tiga hal yaitu tarif yang wajar, pelayanan yang cepat serta aman dan nyaman.
Budi Wiyono mencontohkan, layanan Pelabuhan Rotterdam yang sejak tahun 2007 sudah serba digital sehingga memudahkan pengguna jasa melakukan tracing barangnya yang berada di Pelabuhan.
Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari hanya satu aplikasi yang digunakan. Ini berbeda dengan di Indonesia yang masing-masing instansi memiliki aplikasi yang berbeda sehingga terkesan masih memunculkan ego sektoral.
“Kolaborasi akan lebih baik lagi jika ada leading sector dalam satu sistem yang sama sehingga memudahkan pengguna jasa mengakses layanan pelabuhan,”imbuhnya.
Dari sisi transportasi, Klub Logindo menilai kondisi infrastruktur yang tidak seimbang dengan populasi truck saat ini menjadi isu besar di kalangan pelaku bisnis tersebut.
Infrastruktur dimaksud antara lain keterbatasan jalan raya, tol, garasi/lahan parkir truck serta sarana dan prasarana penunjang lainnya.
“Pertumbuhan kendaraan saat ini tidak diimbangi dengan ketersediaan Infrastruktur sebagaimana diatur dalam Perda 1 Tahun 2014 tentang Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi,”ujar Ketua Klub Logindo, Mustajab Susilo Basuki.
Dia mencontohkan, untuk wilayah DKI Jakarta saja setiap hari produksi truk bertambah sekitar 135 unit. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pihaknya sepakat perlunya kolaborasi di antara para pemangku kepentingan khususnya di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok.
Karena itu, Klub Logindo mengusulkan beberapa langkah kolaboratif. Pertama, kerja sama membangun Kawasan Logistik Terpadu sebagai Penopang Kegiatan Transportasi, Logistik bagi Pelabuhan Tanjung Priok. (Hub – Spoke Model Logistic Centre di Wilayah Marunda, Bekasi). Integrasi Hub Sarana & Prasarana Multi Moda, Terminal Station Interchange (Truk – KA – Kapal).
Kedua, bekerja sama dengan asosiasi dan instansi terkait melakukan aturan mandatory keselamatan bagi truk-truk yang melayani Pelabuhan Tanjung Priok.
Ketiga, ketersediaan sarana prasarana penopang Pelabuhan berupa Buffer Area untuk Terminal Booking and Return Cargo System (TBRCS). Diterapkan Monitoring STID (Single Truck Identification Data) untuk Armadanya dan Monitoring DID (Driver Identification Data) untuk Pengemudinya.
Keempat, kerja sama dengan Asosiasi melakukan Peningkatan Kompetensi SDM Pengemudi melalui Pelatihan & Sertifikasi Kompetensi Pengemudi BNSP, serta Membangun Komunitas Pengemudi Pelopor Keselamatan Angkutan Barang Bersertifikat khususnya di Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok.
Sebagai penutup, tokoh masyarakat Jakarta Utara yang juga sosok senior di Pelabuhan Tanjung Priok, H. Sabri Saiman mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan Pelindo Regional 2 Pelabuhan Tanjung Priok dalam meningkatkan pelayanan kepada para pengguna jasa. Begitu juga kolaborasi yang sudah dilakukan baik internal di pelabuhan maupun eksternal semisal dengan pihak pemerintah daerah.
Menurutnya, kolaborasi ini perlu terus ditingkatkan termasuk dengan pihak regulator di pelabuhan. Begitu juga dengan pers di pelabuhan yang diwadahi Forwami harus aktif menyosialisasikan upaya yang dilakukan para pemangku kepentingan di pelabuhan.
“Ke depan, kegiatan diskusi seperti ini harus menghadirkan lebih banyak lagi unsur kementerian dan lembaga yang ada di Pelabuhan Tanjung Priok seperti Bea Cukai, Karantina, Polres dan yang lainnya,”tutupnya. (Risyaji)