Jurnalmetropol.com, Bali – Pengantin baru asal Banyuwangi, Jawa Timur, bernama Febriani dan Cahyani (30), menjadi korban dalam insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, pada Rabu malam (2/7/2025).
Febriani dan Cahyani diketahui berangkat menuju Denpasar, Bali, untuk kembali ke perantauan, menggunakan jasa travel. Nahas, kebersamaan mereka yang belum genap dua minggu, harus terpisah karena KMP Tunu tenggelam.
“Kami berangkat pukul 22.00 WIB, sampai Pelabuhan Ketapang sekitar pukul 22.30 WIB, dan langsung naik kapal,”kisah Febriani di Posko ASDP Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis (3/7/2025), dikutip dari Tribun Bali.
Begitu cepat, kapal kemudian semakin miring ke kiri hingga akhirnya oleng dalam waktu kurang dari tiga menit. Semua orang panik dan berusaha menyelamatkan diri. Sayangnya, kata Febri, tak ada peringatan dari awak kapal maupun alarm tanda bahaya.
“Kami semua menyelematkan diri sendiri, ambil pelampung sendiri,”ungkap dia. Saat hendak menyelamatkan diri, Febriani memeluk Cahyani sebab sang istri tidak bisa berenang.
Keduanya kemudian memutuskan melompat ke tengah laut. Nahas, di saat yang bersamaan, kapal yang oleng mengakibatkan gelombang laut hingga mengakibatkan pelukan Febriani terlepas.
“Kejadiannya begitu cepat. Tidak ada yang mengira kapal akan tenggelam, pada saat itulah pelukan istri saya terlepas,”lanjutnya.
Ketika muncul ke permukaan, Febriani berusaha mencari dan memanggil nama Cahyani, tapi tak kunjung mendapat jawaban. Ia diselamatkan oleh penumpang lain dan ditarik naik ke perahu karet bersama 11 orang selamat lainnya.
“Saya akhirnya dibantu orang-orang naik ke kapal karet. Saat itu masih coba memanggil istri saya. Tapi tetap tidak ada jawaban,”ungkapnya.
Febriani dan 11 penumpang lainnya baru terselamatkan ketika perahu nelayan melintas melihat mereka. Karena kapasitas yang terbatas, perahu nelayan mengangkut setengah penumpang, sedangkan sisanya dijemput kemudian.
Febriani langsung dibawa ke Posko APBD Gilimanuk pada Kamis, sekitar pukul 09.30 WITA, ketika tiba di darat. Ia lantas menceritakan detik-detik KMP Tunu tenggelam di Selat Bali.
Febriani mengungkapkan kapal sempat terasa bergoyang, namun ia mengira penyebabnya adalah gelombang air laut.
Di sana, ia mendapat kabar, ternyata sang istri sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Ia menangis saat diberi kesempatan terakhir untuk melihat wajah sang istri di mobil ambulans. *(red)